Nasionalisme Instan




Nasionalisme Instan
Oleh : Nur Alifah

Bukan negerinya, melainkan orang-orang  yang mendiami negeri ini. Mereka adalah  orang-orang instan. Tentu saja bukan berarti orang-orang  ini berada dalam bungkusan dan siap dimasukkan kedalam air panas agar matang. Tetapi instan sudah melekat dalam hati dan pikiran  kami. Mungkin ini karena apa yang kami makan. Meskipun mie bukan makanan pokok kami,  tetapi kami adalah Negara consumer mie instan terbesar di  dunia. Bahkan salah satu produk mie instan dari negeri kami sangat terkenal dan digemari di dunia. Jadi wajar jika pikiran kami pun  ingin yang serba instan.

Mulai dari tontonan kami: sinetron instan, artis instan, politikus instan,  pokoknya segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang dapat terwujud secara tiba-tiba, itulah yang kami gemari. Tentu saja tidak heran jika artis dan politikus dadakan menjamur bak di  musim hujan. Sekalilagi, ini negeri orang instan. Perilaku kami pun instan, coba lihat betapa kami  suka dengan korupsi karena itu instan. Kekayaan instan tanpa perlu susah-susah bekerja sedikit demi sedikit,  itu yang kami suka. Lihatlah bagaimana kami lebih suka memberiuang kepada mafia hokum jalanan ketika kami melanggar aturan lalu lintas. Karena kami  ingin menyelesaikan masalah ini dengan instan, tanpa perlu repot-repot.

Lihatlah bagaimana kami belajar. Kami menjadi pintar hanya dengan semalam. Dan lusa,  kami sudah lupa. Benar-benar instan pulalah kepandaian kami  ini. Tidak heran juga bimbingan belajar dan les privat menjadi populer di dunia pendidikan. Meski mereka hanya mengajari kami  bagaimana mengerjakan soal dan bukannnya mengajari kami ilmunya, tapi kami  anggap itu jauh lebih penting dan lebih berguna.

Ketika rumah dan harta kami hancur karena musibah, maka yang kami  lakukan hanyalah menunggu bantuan instan dari pemerintah. Dan berharap bantuan tersebut jika direbus dengan air  mendidih akan segera menjadi rumah dan harta benda baru bagi kamu.  Lihatkan? Betapa instan
pemikiran kami.Siapabilang negeri ini bukan negeri instan? Bah, pendahulu kami mendamba negeri yang elok yang dibangun dengan keringat, bukan negeri yang direbus dengan  air lalu matang.

Makanan instan jika terlalu sering dikonsumsi tidak baik bagi kesehatan.Begitu pula  budaya instan. Budaya instan menyebabkan kita menjadi orang-orang yang  lupa akan filosofi dasar dari sesuatu yang kita kerjakan.  Efeknya adalah kita menjadi sebuah alat yang hanya aktif jika ditekan tombolnya dan melup akan nilai-nilai utama dari sebuah tindakan. Budaya instan ini juga merupakan racun bagi semangat kerja keras dan konsisten. Yang  ada hanyalah tinggal manusia-manusia tanpa semangat yang pemalas.

Inspired by book: CatatanBangsa yang Aneh


Komentar

Postingan Populer