LUMINESCENCE
LUMINESCENCE
Oleh:
Sahabati Nur Alifah
Tentang Luci ferin dan
oksigen, yang menjadikan kunang-kunang bersinar tanpa kalor. Ada banyak hal
yang bercahaya di muka bumi ini, bahkan kadang mereka takkalah indah dari
cahaya yang bermukim di langit sana. Sumber cahaya terbesar semua manusia juga
tahu jika ia bernama matahari, lebih terang dari sekedar temuan Thomas Alfa
Edison yang menerangi peradaban sampai detik ini. Tetapi tak dapat dipungkiri
ternyata ada sipekat malam, dan matahari selalu pasrah digusurnya saban hari.
Malam, - walau tak selalu juga- menghidangkan santapan mata yang berkedip di
atas sana, bintang.. yang juga konon memili kicahayanya sendiri. Lain dengan
bulan yang terlihat sempurna dengan mengandalkan cahaya pantulan dari matahari
yang mungkin sedang mendengkur jika malam berjaga.
Jadi, siapakah pemilik
cahaya yang benar sejati itu? Mataharikah, bulankah, bintangkah, atau benda
ciptaan Edison? Cahaya sejati, cahaya sempurna. Sesuatu yang menjadikan terang
dalam kegelapan dan hanya ada kedamaian didalamnya. Bukan matahari, karena ia
dapat memberanguskan seperti api. Apalagi bulan yang konon bergantung kepada
matahari. Bintang? Sinarnya terkesan sungguh-sungguh tetapi hanya sebuah
kedipan jika dilihat dari bumi yang berjarak miliaran meter. Apalagi lampu,
listrik, selain hasil peradaban manusia yang serba terbatas jika disejajarkan
dengan mahakarya Tuhan, mereka juga membebani financial rumah tangga. Terlepas
dari besarnya jasa mereka bagi kehidupan.
Lalu apakah cahaya
sejati itu semisterius Luminescense dalam tubuh kunang-kunang? Bersinar begitu
saja tanpa diminta, indah, dan tanpa kalor yang membakar. Lebih dari sekedar
cahaya, ia adalah sebuah pelita. Ada dengan sendirinya sejak waktu yang
taktertebak sejarah, dan kekalsampaisaat
yang tak terucap
Komentar
Posting Komentar